Kalurahan WIJIREJO

Musibah merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan ketika sudah ditulis oleh langit. Manusia sebagai mahkluk yang fana, suka tidak suka, mau tidak mau pasti akan mengalami dalam kehidupannya. Baik itu yang bersifat musibah kecil hingga musibah besar yang tidak hanya terjadi pada orang banyak. Masih terngiang dalam benak masyarakat khususnya DIY, pada 2006 gempa bumi 5.9SR meluluhlantakkan Jogja hingga menjadi seperti kota mati. Kebingungan di mana-mana, isu Tsunami seperti Aceh 2002 masih terbayang kengeriannya. Perasaan itulah yang hingga saat ini melekat kuat dalam benak warga DIY yang pada waktu itu ada di rumahnya masing-masing. Sehingga, perasaan dan semangat untuk membantu meringankan saudara-saudara di wilayah NTB langsung muncul dari setiap warga masyarakat Desa Wijirejo.

Berdasarkan rapat Dukuh tertanggal 9 Agustus, maka ditentukan bahwa pemerintah Desa memberikan opsi pengumpulan melalui Desa yang kemudian disalurkan melalui Kedaulatan Rakyat. Berdasarkan rekapilutasi akhir, total sumbangan dari masyarakat yang terkumpul adalah sebesar Rp 29.722.200,00 yang berasal dari Pandak (3.531.700), Bajang (549.500), Gesikan 3 (2.041.000), Gesikan IV (2.661.500), Bergan (4.200.000), Ngeblak (1.453.000), Pedak (5.145.000), Kauman (3.859.500), Gedongsari (2.280.000), Kwalangan (1.351.000), Paguyuban Sesek Pijenan (1.500.000), Jamaah Mujahadah Malam Senin (150.000) dan Masjid Nurul Huda (1.000.000). Bantuan diterima oleh Saudara Ratri, pengurus keuangan gempa SKH Kedaulatan Rakyat dan dimuat dalam SKH Kedaulatan Rakyat 30/8/2018.

Harapannya, bantuan tersebut bisa bermanfaat bagi warga NTB yang memang sedang membutuhkan semangat untuk bangkit kembali. Seperti spirit Bantul Bangkit yang pernah kita rasakan bersama. Semangat gotong-royong dari pemerintah yang ditopang oleh warga negara Indonesia, menjadikan NKRI tetap selalu istimewa. Karena duka mereka juga adalah duka kita. Lekas bangkit, Lombok!